CLOSING STATEMENT SIMPOSIUM NASIONAL DALAM RANGKA PERAYAAN 77 TAHUN HARI LAHIR PANCASILA DAN HUT Ke -3 GERAKAN PEMBUMIAN PANCASILA

CLOSING STATEMENT SIMPOSIUM NASIONAL DALAM RANGKA PERAYAAN 77 TAHUN HARI LAHIR PANCASILA DAN HUT III GERAKAN PEMBUMIAN PANCASILA (GPP) DPC GPP KAB. ENDE, SENIN 30 MEI 2022
Dr. RD. Rofinus Neto Wuli, S.Fil., M.Si(Han) Pasbanmilpol Ordinariat Militer Indonesia, Ketua Dewan Pembina DPC GPP
Kabupaten Ende & Ketua DPD IKAL Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS)
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Salam PANCASILA !!!!!
Para Narasumber, keynote speaker, Panitia dan seluruh peserta simposium nasional
terkasih.
1).Syukur Puji Tuhan Yang Maha Esa Simposium NasionaL Dalam Rangka Perayaan
77 Tahun Hari Lahir Pancasila dan HUT III Gerakan Pembumian Pancasila (GPP)
dengan Tema “PANCASILA RUMAH KITA, DARI ENDE UNTUK INDONESIA” yang diselenggara kan oleh DPC GPP Kab. Ende, hari ini Senin 30 Mei 2022 telah terselenggara dengan lancar di Kota Ende. ENDE: Kota Rahim Pancasila, Tempat  Founding Father kita Bung Karno mengalami masa pengasingannya antara tahun1934-1938, pengasingan yang diisi dengan masa permenungan panjang yang menurut pengakuan Bung karno sendiri dilakukan di bawah sebatang pohon sukun, ‘yang membentuk pelangi puspa warna’ “Spiritualitas Semesta” (holistic spirituality), Ende-Flores: tempat Bung Karno berkesempatan mematang kan embrio gagasannya tentang Dasar perjuangan kemerdekaan Indonesia yang kemudian hari memperoleh bentuk akhirnya sebagai PANCASILA , Lima butir Mutiara perekat bangsa dan Dasar NKRI yang majemuk ber-bhineka tunggal ika tanhanna dharma mangrva dari Ende untuk Indonesia, dari Flores Nusa bunga untuk Nusantara.

2). Dari Tempat Pembuangan Menjadi Rumah Pemulihan: Makna Soekarno Bagi Ende, Dan Ende Bagi Soekarno. “Bagi pergerakan jang akan datang, politikus Soekarno soedah mati…,” tulis Mohammad Hatta dalam surat kabar Daulat Ra’jat mengomentari kehidupan dan disposisi batin Soekarno pada akhir 1933 di tahanan penjara Sukamiskin, sebelum dibuang ke Ende pada Februari 1934. (Sumber: Tulisan Muhammad Hatta dalam RC Kwantes, “Ir. Soekarno Vier Brieven”, dalam Bijdragen to de Taal-Land-n Volkenkunde, 143 (1987), No. 2/3, Leiden, hal. 294, atau bisa dibaca dalam Daniel Dhakidae, “Dari Tempat Pembuangan Menjadi  Rumah Pemulihan: Makna Soekarno Bagi Ende. Dan Ende Bagi Soekarno” dalam Soekarno: Membongkar Sisi-Sisi Hidup Putra Sang Fajar, Daniel Dhakidae (ed.) (Jakarta: Kompas, 2013), hlm. 168).“Ramalan” Hatta pada 1933 ternyata meleset. Ende, sebuah kota terpencil di pulau Flores kelak menjadi rahim kelahiran baru (reinkarnasi) Soekarno dalam tahapan pergulatannya memperjuang kan kemerdekaan Indonesia. Soekarno yang datang ke Ende dengan beban tekanan dan intimidasi psikologis dilahirkan secara baru oleh konteks masyarakat Ende saat itu.

Membicarakan pembuangan Soekarno di Ende tidak dapat dipisahkan dari pergolakan dirinya di penjara Sukamiskin, Bandung. Rupanya tekanan psikologis dan fisik di tahanan Sukamiskin memberi rasa letih terhadap Soekarno. Soekarno berniat mengundurkan diri dari keriuhan politik. Pada 30 Agustus 1933, Soekarno menulis surat kepada pemerintah kolonial Belanda untuk membebaskannya. “Aku berjanji untuk selanjutnya mengundurkan diri dari kehidupan politik, dan menjalankan praktik arsitek dan keinsinyiuran…Tidak ada lain yang aku inginkan sekarang daripada kehidupan yang tenang.” Surat kedua, ketiga, keempat Soekarno berturut-turut menampil kan keinginannya untuk mengundur kan diri dari pimpinan PNI sebagai wujud konkret komitmen nya menarik diri dari politik. (Sumber: Bob Berthy Hering (ed.), Soekarno’s Mentjapai Indonesia Merdeka (Queensland: Southeast Asian Monograph Series, No. I, 1978), hlm. 103.)

Tapi fakta berbicara lain. Ende yang disangka menjadi tempat penguburan semangat perjuangan justru menjadi lahan subur bagi reinkarnasi perjuangan Soekarno. Konteks masyarakat Ende saat itumenyediakan political silence yang mendukung ‘kelahiran baru” Soekarno sebagai pejuang kemerdekaan bangsa yang militan. Ditinjau dari aspek psikologi politik, masa pembuangan Soekarno di Ende justru menjadi blessing in disguise yang menyiap kan Soekarno bagi puncak kemerdekaan dan perumusan Pancasila sebagai dasar-falsafah negara. Salah satu konteks political silence yang mendukung Soekarno adalah kehadiran kontributif para pastor Katolik misionaris Societas Verbi Divini (SVD) di Ende. Para pastor katolik, misionaris asal Belanda menjadi “sahabat” bagi Soekarno dalam kesepiannya di pembuangan. Selama berada di Ende, Soekarno banyak berdiskusi tentang teologi (ilmu ketuhanan) dan kemanusiaan. Pertemuannya dengan Pastor-pastor SVD seperti P. Gerardus Huijtink, SVD (Pastor Paroki Ende) dan P. Johanes Bouma, SVD (Pimpinan SVD Regio Sunda) tidak diisi dengan rekreasi atau basa basi, tetapi menjadi tempat pergumulan filosofis-teologis yang berguna baginya. Saling tukar ide, tukar gagasan, bahkan tukar buku sering dilaku kan di antara mereka. Diskusi Soekarno dengan para pastor memperkenalkan vitalitas kontribusi agama sekaligus memperkenalkan nilai-nilai Katolik, tentang kemanusiaan, ketuhanan, ataupun keadilan.

Juga dalam dialektika perjumpaan bersahabat dengan sahabat-sahabat Muslim di Ende: Keluarga Ambuwaru,bapak Jae Bara, bapak Ruslan Uttuh atau bapak Iros, bapak Ibrahim, bapak Pua Rangga (tukang gunting rambut bung Karno), dll dan dalam karya seni pementasan Drama Tonilnya di Gedung
Imacullata Ende serta berbagai aktivitas penuh kreativitas selama masa pengasingan di Ende..

Semangat perjuangan Soekarno yang oleh Hatta dikatakan telah mati justru mengalami reinkarnasi secara kreatif-dialektis di Ende. Soekarno yang biasanya berorasi kini masuk dalam alam refleksif yang menghasilkan bulir- bulir perjuangan bangsa. Konteks political silence, dukungan misionaris SVD dan tarian keheningan semesta membuat Soekarno dapat menangkap butir-butir Pancasila di bawah pohon sukun. Di sini, Ende tidak lagi menjadi tempat pembuangan, tetapi sekolah penempaan karakter bagi Soekarno yang
kemudian hari tangguh mendirikan Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negara.

3). “PANCASILA RUMAH KITA, DARI ENDE UNTUK INDONESIA” juga mengemuka dalam rajutan pemikiran-pemikiran yang mengkristal dari ruang percakapan akademik Simposium Nasional hari ini sembari kita menghaturkan terima kasih berlimpah, mulai dari “Sapaan Pembukaan”- Wakil Bupati Ende, Erikhos Rede; “Pembumian Pancasila Di Tanah Air Suci (Terra Sancta) Indonesia” – Ketua DPP GPP  Dr. Antonius D.R. Manurung, M. Si yang juga sebagai pembicara kunci; “Strategi Implementasi Pembumian Nilai-Nilai Luhur Pancasila”- Bendahara Umum DPP GPP: bapak Dr. Gunawan Djayaputra, SH, SS, MH; “ Ende Rahim Pancasila: Negara mengakui?” – Ketua DPD GPP NTT: bapak Drs. Blasius Radja, M.Psi;;  “Aktualisasi Pancasila Sebagai Ideologi Dasar Negara dan Spiritualitas Bangsa”- Anggota Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP): Rm. Antonius Benny Susetyo, Pr; hingga “Pancasila di Tengah Arus Modernisasi dan Era Transformasi Digital”- Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI: bapak Lanyala Mattalitti. Juga curah gagasan pemikiran bernas berdimensi kedalaman yang telah saling kita peserta percakapkan, saling share-berbagi, saling memperkaya di ruang public peradaban Simposium Nasional ini.

4).Eksistensi, Keberadaan Ende sebagai Rahim Pancasila, tak perlu diragukan lagi, secara sah dan meyakinkan secara akademik ilmiah dan tinjauan historical ada dalam literatur berskala Nasional dan Internasional di antaranya dalam kajian ilmiah PRISMA: Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi, Edisi Khusus Vol. 32, No. 2 & No. 3,  2013 (ISBN/ISSN: 0301-6269 ), dan paling kurang dalam 3 Buku ber-ISBN yang pernah saya baca: Buku “SOEKARNO: Membongkar Sisi-Sisi Hidup Sang Fajar” Editor: Dr. Daniel Dhakidae, diterbitkan: Penerbit Buku KOMPAS,Jakarta, 2013 (ISBN 978-979-709-734-9);  Buku PENDIDIKAN PANCASILA Untuk Perguruan Tinggi dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2016), Jakarta, Ristekdikti (ISBN: 978-602-6470-01-0) ; Buku “BUNG KARNO dan PANCASILA: Ilham dari Flores untuk Nusantara” yang diterbitkan Nusa Indah, Ende,Cetakan III,  2013 (ISBN:979-429-171-4), dan Buku “BUNG KARNO, GEREJA KATOLIK, SVD &PANCASILA” yang diterbitkan Bajawa Press Yogyakarta, 2017 (ISBN: 978-9797576- 88-9). Sebagai Dosen Mata kuliah Pancasila dan MK.Pendidikan Kewarganegaraan saya menunjukkan Contoh Buku yang secara eksplisit telah menulis peran Ende ialah Buku Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi di halaman 143 tertulis: Patung Soekarno sedang duduk di taman rumah pengasingan di Ende menggambar kan ia sedang memikirkan dan merenungkan masa depan Bangsa Indonesia. Hasil pemikiran dan perenungan itu adalah Pancasila sebagai dasar negara dan Philosofische Grondslag.

5). Inilah realitas dan fakta sejarah tak terbantahkan pemaknaan Soekarno bagi Ende dan Ende bagi Soekarno dalam konteks Rahim dan kelahiran PANCASILA. Pancasila Rumah Kita Bersama untuk merekatkan dan merajut keIndonesiaan kita yang majemuk, plural, dan multicultural ini. Bangsa yang besar adalah bangsa yang jujur pada kenyataan dan mengakui jasa para pahlawannya, bangsa yang tak pernah meluakan sejarah, JASMERAH-kata Bung Karno, dan dengan demikian akan menjadi bangsa yang Tangguh menghadapi tantangan. Jujur pada kenyataan sejarah berarti akan berani mengakui peran Ende sebagai Rahim Pancasila melalui ranah edukasi dan pembumian Pancasila dengan secara eksplisit masuk dalam penulisan resmi Negara dan masuk Kurikulum dalam penulisan buku Pendidikan Pancasila , Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Karakter dan budi pekerti di berbagai jenjang Pendidikan mulai dari Pendidikan dasar hingga Perguruan tinggi. Sebab sesungguhnya kita meyakini kekuatan tulisan dalam pewarisan nilai-nilai luhur Pancasila dan pembumian Pancasila bagi generasi penerus bangsa dan NKRI. Verba
Volant, Scripta Manent . Kata-kata terbang melayang, Tulisan tinggal tetap.

Agar seluruh semesta dunia mengetahui, NKRI mengakui minimal melalui KEPRES dan terus hingga UU Negara RI bahwa ENDE: Rahim Pancasila! Saya akhiri dengan mengutip kata-kata Romo Benny dari BPIP tadi:

Kalau kita mencintai Soekarno,Kalau kita mencintai Indonesia,Kalau kita mencintai Pancasila, Berarti kita mencintai ENDE.
Ende bukanlah yang terkecil dalam bentangan semesta,Tapi Ende adalah kota besar, kota dunia, karena Ende: melahirkan peradaban tata dunia baru.
Salam PANCASILA !!!!!
Hotel Flores Mandiri Ende, 30 Mei 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *