Diskursus Pancasila Angkatan V Mengusung Tema : ” Menghidupkan Diskursus Pancasila untuk Menemukan Pemaknaan Baru yang Relevan dan Kontekstual bagi Generasi Bangsa dalam Memahami dan Menerapkan Pancasila sebagai Dasar Negara, Ideologi, dan Spiritualitas Bangsa “
Jakarta, gppnews. id| Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Pembumian Pancasila melanjutkan sesi Diskursus Pancasila Angkatan kelima yang dilakukan secara online.
Diskursus Pancasila Angkatan V Mengusung Tema : ” Menghidupkan Diskursus Pancasila untuk Menemukan Pemaknaan Baru yang Relevan dan Kontekstual bagi Generasi Bangsa dalam Memahami dan Menerapkan Pancasila sebagai Dasar Negara, Ideologi, dan Spiritualitas Bangsa “.
Serial pertama dari sembilan serial ini menghadirkan Narasumber Prof. Dr. Franz Magnis -Suseno,SJ yang membawakan Topik/Serial bertajuk, Teori Asal Mula Pancasila ; Akar Filsafat Pancasila, Asal Mula Pancasila secara Budaya, Sublimasi dan Kristalisasi Nilai-nilai Luhur Peradaban Bangsa.
TOR Diskursus Pancasila ini menekankan eksistensi Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara dengan segala kekayaan, perbedaan dan keberagamannya. Indonesia memiliki luas 1.913.578 km2 , 34 Provinsi, 17.504 pulau, 1128 suku, 270,2 juta jiwa, 6 agama, puluhan agama asli, ratusan kepercayaan, dan 546 bahasa daerah aktif”.
Itulah sebabnya, dalam refleksi pengantarnya Ketua Umum DPP Gerakan Pembumian Pancasila Dr.Antonius D.R. Manurung, M.Si., menegaskan urgensi dan pentingnya “nilai-nilai luhur Pancasila menjadi magnet pemersatu bagi bangsa dan negara Indonesia dengan segala kekayaan, perbedaan dan keberagamannya..
Bung Karno kerap mengedepankan bahwa ‘Hanya Pantjasila-lah yang dapat mengutuhkan bangsa dan negara kita.’ Pancasila merupakan jiwa atau kepribadian bangsa Indonesia. Tanpa Pancasila, Indonesia tidak punya jiwa. Sebagai kepribadian/jiwa bangsa, Pancasila yang digali Bung Karno berakar dari nilai-nilai keluhuran, kebijaksanaan hidup, dan tradisi Nusantara, imbuh Dr.Anton.
Lebih lanjut, Doktor Psikologi UMB ini mengatakan” bahwa Pancasila merupakan sublimasi dan kristalisasi peradaban bangsa, yang bersumber dari kearifan Nusantara, agama, kepercayaan, budaya, adat istiadat, realitas objektif bangsa, dan berbagai pemikiran para filsuf.
Prof. Dr. Frans Magnis- Suseno, SJ dalam paparannya menyatakan “Saya meyakini bahwa Pancasila sebagai fungsi persatuan Bangsa. Mengapa Pancasila dapat menjalankan fungsinya sebagai pemersatu itu dengan begitu gemilang? Karena kekuatan Pancasila berdasarkan dua kenyataan: Di satu pihak Pancasila berakar dalam nilai-nilai tradisi-tradisi Indonesia, di lain pihak Pancasila mewujudkan pokok-pokok etika politik yang terbuka bagi dunia pasca-tradisional paling modern”, kata Romo Magnis, panggilan rohaniwan asal Jerman ini.
Lebih lanjut Romo Magnis mengatakan bahwa Lima Sila Pancasila dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang majemuk karena bukan paham-paham impor dari luar, melainkan berakar dari budaya-budaya Nusantara. Dengan cara masing-masing budaya-budaya itu sudah memiliki nilai-nilai, sikap-sikap dan cita-cita yang dirumuskan dalam Pancasila, dimana termasuk bahwa budaya-budaya Nusantara bukannya menutup diri, melainkan terbuka hal mana kelihatan dari cara agama-agama besar umat manusia dengan tenteram dan halus masuk dan menjadi ciri budaya-budaya Indonesia sendiri. Indonesia sejak dulu bisa terbuka-tanpa kehilangan identitasnya. Kata Guru Besar Emiritus STF Driyarkara, Jakarta ini.
Diskursus Pancasila angkatan kelima ini diikuti olah 35 orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dengan latar belakang beragam, seperti pendidik (mulai dari guru, dosen, bahkan rektor/kepala sekolah tinggi), profesional, mahasiswa, pemuda, praktisi, ASN, dan profesi lain seperti tenaga ahli anggota MPR RI, Kesbangpol Provinsi, dll.
Dari pantauan media, para peserta tampak sangat antusias menanggapi secara kritis,, bertanya, bahkan memberi penegasan bersama.
Serial pertama ini menjadi pemantik untuk serial diskursus selanjutnya yang akan mendalami tiga sub tema, yaitu “Pancasila sebagai Dasar Negara, Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara, serta Pancasila sebagai Spiritualitas Bangsa”.
Pada refleksi penutup diskursus, Maria Goreti, S.Sos., M.Si., salah satu peserta terbaik Diskursus Pancasila Angkatan IV,
yang saat ini menjadi anggota DPD RI dari Kalimantan Barat untuk periode keempat menyampaikan saripati bahwa bangsa Indonesia pantas bersyukur karena dianugerahi Tuhan, Pancasila yang mampu menyatukan berbagai suku, budaya, agama, kepercayaan, dan bahasa, menjadi satu bangsa. inilah hadiah terindah dari Tuhan Yang Maha Esa untuk kita bangsa Indonesia.
Serial 1 Diskursus Pancasila yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Jeane Saly, S.H., M.H.ini berakhir pada pukul 15.45 Wib. (TD)